Rabu, 31 Juli 2013

wanita bersabuk dua

0


Judul              : Wanita Bersabuk Dua
Pengarang      : Sakti Wibowo
Penerbit          :  ERA NOVIS
                          PT ERA ADICITRA INTERMEDIA
Tempat           : Gg. Wuni III No. 2 Kleco, Karangasem, Solo
Tahun Terbit : 2002
Wanita Bersabuk Dua
Cut Kaso adalah seorang wanita yang sudah tua renta dan sakit- sakitan. Dia tinggal bersama Cut Intan.  Cut Kaso adalah seorang pejuang kaum muslimin yang dijajah oleh Belanda dan Inggris.
Penjajah  memiliki tentara militer yang amatlah banyak. Dahulu, Cut Kaso melawan penjajah dengan menggunakan senjata tradisional. Sebenarnya, Cut Kaso ingin sekali ikut serta dalam melawan penjajah. Akan tetapi, Cut Intan melarangnya karena tubuh Cut Kaso sudah tua renta, sakit- sakitan dan matanyaudah sulit untuk melihat. Betapaa menyaesalnya Cut Kaso tidak bisa ikut serta berperang melawan penjajah.
Cut Intan didesak oleh ibunya untuk ikut bergabung dengan mujahid dan  ikut pimpinan yang dipimpin oleh Teungku Chik Di Tunong. Teungku Chik Di Tunong adalah seorang putra Ulee-balang Keureute, sebuah egeri terkemuka di Aceh Utara. Ia meninggalkan segala kemewahan kerajaan dan janji- janji kemegahan dari Belanda. Lantas menyusur hutan- hutan Pase sembari menata serangan- serangan teratur di markas Belanda.
Hati Cut Intan gelisah ketika dia hendak meninggalkan ibunya di medan perang. Cut Kaso memberikan sebuah senjata tradisional rakyat Aceh, yaitu rencong kepada Cut Intan. Rencong itu sudah berpuluh- puluh tahun digunakan sebagai senjata untuk melawan penjajah.
Cut Intan kembali mengayun lamgkahnya. Ia kini harus mengendap- ngendap di sela rumpun belukar dan rapat pepohonan yang mulai membatas rimba nan sunyi. Di situlah posisi paling rasional pencegatan terhadap pasukan pengangkut perbekalan Belanda, seperti yang dikatakan ibundanya. Psaukan yang bergerak dari Simpang ulim menuju Blang Ni. Pasukan ini dipimpin oleh Letnal FPA. Van Gheel Geldemaster.
Intan memeriksa sabuk pinggangnya, sebilah rencong terselip di balik baju panjangnya. Ia memakai pakaian ringkas warna gelap yang dilengkapi kain yang dibelitkan menutup wajah, menyisakan dua mata sayunya yang mengincar tajam ke kejauhan. Dia  bersiap untuk menyerang pasukan Belanda dengan rencong ibunya. Dia dibesarkan dalam suasana peperangan, maka dari itu dia sudah kebal dengan riuk pikuk peperangan.
Beberapa menit kemudianm ia mendengar gemuruh yang disertai dengan lengking dan sorak- sorai letupan senapan menebarkan bau mesiu, bunga- bunga api memercik ke udara dari kejauhan. Ia menyibak belukar, segera berlari sembari menghunus rencongnya. Pasukan Belanda terhimpit disamping truk- truk pengangkut barang. Puluhan pejuang Aceh bergerak bagai singa luka. Dan di sisi lain, seorang berpakaian gelap muemberi komando. Intan segera membaurkan diri dalam peperangan.
Sebelumnya, Intan telah beberapa kali terlibat di dalam tanding maut di tepi- tepi kota Pase. Intan adalah seorang tentara wanita di  kesatuan mata- mata. Bahkan, ibundanya tidak mengetahui hal tersebut.
Pasukan Muslimin telah berada di atas angin. Intan menghempaskan tubuh musuh yang terakhir ditikamnya tanpa tersisa. Rencong di tangannya telah berwarnakan merah darah. Diedarkan pandangannya dan bersitatap dengan para mujahid yang menatap kagum kepadanya. Akhirnya, Teungku mengetahui bahwa itu adalah Cut Intan, putrid dari pejuang Cut Kaso.
Malam mengelam. Intan terkatung di ujung tenda, berteman sang rembulan. Ia bertugas jaga malam. Dengan beberapa penjelasan, akhirnya Teungku mengijinkan mengizinkan bergabung dalam kesatuan gerilya. Akan tetapi, ia diminta agar tetap berjaga- jaga di posisi sebelumnya.
Dia melihat bayangan wanita berkulit putih kuning dengan paras jelita menatapnya di biasan temaram langit. Itu adalah Cut Nya’ Meutia. Sebenarnya Cut Intan dendam dengan dia, karena dia  berkeluargakan penghianat.
Letnan PRD De. Kok gelisah, mueeka masih trauma atas penyerangan kemarin. Dekok telah menyebar pasukan untuk mengetahui tempat persembunyian Teunku. Sudah tiga bilan pencarian hanya sia- sia. Namun, tiba- tiba datanglah penduduk pribumi yang meyakinkan Letnan dia mwmihak kepadanya. Ternyata, itu adalah trik yang digunakan pejuang Aceh untuk memberantas penjajah.
Cut Intan memerintahkan beberapa prajurit untuk menyamar sebagai nelayan di sungai. Dari sisi tebing berluncuran sosok- sosok hitam berencong. Pasukan Belanda tidak ada yang tersisa. Jasad Letnan dan pasukannya hanyut di sungai.
Kembali keguncangan terjadidi tubuh tentara Belanda. HNA. Swart adalah seorang militer Belanda yang haus akan kekuasaan. Seperti biasa, dia menerima tugas dengan penuh kelicikan. Setibanya di Pase, dia mempelajari situasi dan peri keluarga Chik Tunong. Dia membujuk Cut Nya’ Asiah bekerja sama dengannya. Cut Asiah tidak mau.
Malam yang dihiasi rembulan pucat itu terjaga. Seorang wanita muda bersimpuh ke tanah dengan ratap sedih. Pipi yang berurai air mata itu adalah Cut Intan. Kerinduan kepada ibunya merejam- rejam. Ia mendengar berita dari Teungku bahwa ibunya telah tiada. Seketika itu dirasanya langit berputar. Petir seperti menyambar- nyambar.
Dalam siding bersama seluruh mujahid, disepakati Cut Muhammad mengikuti kemauan Belanda untuk meletakkan senjata tetapi, dibalik itu, Teungku menjalankan sebuah strategi perjuangan baru. Teungku akan tinggal di kota, sehingga beliau leluasa menghimpun informasi dan mengusahakan suplai amunisi maupun logistic bagi para pejuang gunung.
Markas Belanda malam itu pecah keributan. Satu regu pasukan elit nberlari berkeliling markas. Ada penyusup yang nekat masuk ke dalam markas.
Cut Intan telah mengganti pakaiannya dengan pakaian petani yang bergerak tergesa menyelinap di antara sekat- sekat penduduk sambil menggendong bakul yang berisi sayur.
Tiba- tiba sebuah pintu terkuak di depannya. Seorang lelaki melambai Intan. Dia mencoba menyelamatkan Intan dengan mengakuinya sebagai anaknya.
Keesokan harinya, sebuah mobil patrol yang dikendarai oleh sersan Vollaers berhenti di depan rumah Teungku. Ketegangan mulai memuncak.
Beberapa waktu setelah kejadian di rumah Teungku. Kewaspadaan pejuang semakin meningkat dengan adanya in dikasi musuh mengetahui sepak terjang Teungku. Kurir- kurir yang , masuk ke kota semakin dikurangi dan selektif dalam menghimpun berita.
Beberapa hari terakhir terdengar kabar dari para pejuang, bahwa sikap diam Teungku tak lagi banyak member keuntungan. Kini saatnya untuk kembali memulai gerilya, agar Belanda tidak semakin besar kepala. Para pejuang gunung menyambut dengan gembira. Tidak sabar rasanya kembali mengangkat senjata seperti waktu dulu.
Dari dalam kota Teungku menginformasikan tentang serombongan marsose di bawah pimpinan Sersan Vollaers yang tengah melakukan inspeksi. Mereka kini menginap di meunasah di Meurandeh Paya. Pasukan pejuang aceh tidak tingggal diam.
Belanda sangat marah dengan hal ini, mereka mengetahui bahwa Teungku membantu menginformasikan hal- hal penting kepada para pejuang. Ditambah kematian Vollaers. Teungku dipenjara dan diberi ancaman hukuman mati jika terbukti.
Pada tanggal 25 Maret, Teungku chik Tunong dan Keujreun Buah digiring ke sula- tepang, di tepian laut Lhokseumawe. Serentet peluru Belanda mempurnakan darma bakti keduannya, mewangi kasturi, membasah bumi pertiwi.
Pasukan Mosselman mengepung perkemahan pasukan Cut nya’ Meutia yang tengah menyusun kekuatan itu.
Pertempuran kembali pecah dalam sekejap mata. Peluru berseliweran mencari sasaran. Beberapa yang lengah terkulai roboh, menbebam ke debu tanah. Cut Nya’ Meutia mengatur pasukannya. Ia terus brgerak dengan lincah membabat musuh yang mencoba mendekat.
Intan menyaksikan dengan dada menggemuruh. Betapa setianya pejuang- pejuang kepada pemimpinnya. Berani melindungi pemimpinnya tanpa mempedulikan dirinya sendiri.
Melihat formasi musuh yang begitu ketat mengapung, seperti tak ada kemungkinan untuk lari. Peluru celah menepis. Beberapa pejuang yang kehabisan peluru melempartkan senapannya dan menghambur masuk ke area menantang perang jarak pendek. Namun, banyak dari mereka yang segera dijemput peluru, kemudian terkapar luruh ke tanah.
Intan hendak menbaskan rencongnya pada marsose yang kesekian. Ketika itu, dilihatnya laras senapan teracung hendak melontarkan pelurunya ka arah Meutia. Ia angsung menghampur ke arah Meutia. Di antara derap rasa kagum dan kecintaannya pada wanita perkasa itu, menjelma kekuatan yang tak olah- olah bandingnya. Lompatannya secepat angin dan mendahului laju peluru yang hendak mencapai tubuh Meutia.
Perih di dadanya, ia tak kuasa menahan genggaman rencongnya. Terpana Meutia mendapati tubuh intan menggeleso dalam pelukannya. Sebelum tubuh itu luruh, ia menggapainya segera.
Intan tak kuasa berbicara. Di hadapannya membentang keindahan yang tidak terkata. Kebahagiaan yang luar biasa menyemai di dadanya. Darah terus mengalir. Intan mencoba tersenyum kepada Meutia. Meutia mengakui jika Intan yang memenangkan peperangan ini.
Peperangan di Gunong Lipeh itu terjadi pada 25 Oktober 1910. Cut Nya’ Meutia gugur dalam peperangan itu setelah sebuah peluru menembus kepalanya. Begitupun dengan Datuk Sepuot Mata yang syahid dalam peperangan hari itu. Keduanya dimakamkan di Gunong Lipeh.
Peperangan masih terus berlanjut sepeninggal Cut Nya’ Meutia. Darah perjuangan seperti itu tidak brhenti mengalir di tanah rencong, hingga tidak mendiamkan satu pun pihak yang hendak menjerajah “izzatul ummah”.
Darah pembelaan yang terus mengalir sepanjang masa.




























wanita bersabuk dua

0


Judul              : Wanita Bersabuk Dua
Pengarang      : Sakti Wibowo
Penerbit          :                     ERA NOVIS
                          PT ERA ADICITRA INTERMEDIA
Tempat           : Gg. Wuni III No. 2 Kleco, Karangasem, Solo
Tahun Terbit : 2002
Wanita Bersabuk Dua
Cut Kaso adalah seorang wanita yang sudah tua renta dan sakit- sakitan. Dia tinggal bersama Cut Intan.  Cut Kaso adalah seorang pejuang kaum muslimin yang dijajah oleh Belanda dan Inggris.
Penjajah  memiliki tentara militer yang amatlah banyak. Dahulu, Cut Kaso melawan penjajah dengan menggunakan senjata tradisional. Sebenarnya, Cut Kaso ingin sekali ikut serta dalam melawan penjajah. Akan tetapi, Cut Intan melarangnya karena tubuh Cut Kaso sudah tua renta, sakit- sakitan dan matanyaudah sulit untuk melihat. Betapaa menyaesalnya Cut Kaso tidak bisa ikut serta berperang melawan penjajah.
Cut Intan didesak oleh ibunya untuk ikut bergabung dengan mujahid dan  ikut pimpinan yang dipimpin oleh Teungku Chik Di Tunong. Teungku Chik Di Tunong adalah seorang putra Ulee-balang Keureute, sebuah egeri terkemuka di Aceh Utara. Ia meninggalkan segala kemewahan kerajaan dan janji- janji kemegahan dari Belanda. Lantas menyusur hutan- hutan Pase sembari menata serangan- serangan teratur di markas Belanda.
Hati Cut Intan gelisah ketika dia hendak meninggalkan ibunya di medan perang. Cut Kaso memberikan sebuah senjata tradisional rakyat Aceh, yaitu rencong kepada Cut Intan. Rencong itu sudah berpuluh- puluh tahun digunakan sebagai senjata untuk melawan penjajah.
Cut Intan kembali mengayun lamgkahnya. Ia kini harus mengendap- ngendap di sela rumpun belukar dan rapat pepohonan yang mulai membatas rimba nan sunyi. Di situlah posisi paling rasional pencegatan terhadap pasukan pengangkut perbekalan Belanda, seperti yang dikatakan ibundanya. Psaukan yang bergerak dari Simpang ulim menuju Blang Ni. Pasukan ini dipimpin oleh Letnal FPA. Van Gheel Geldemaster.
Intan memeriksa sabuk pinggangnya, sebilah rencong terselip di balik baju panjangnya. Ia memakai pakaian ringkas warna gelap yang dilengkapi kain yang dibelitkan menutup wajah, menyisakan dua mata sayunya yang mengincar tajam ke kejauhan. Dia  bersiap untuk menyerang pasukan Belanda dengan rencong ibunya. Dia dibesarkan dalam suasana peperangan, maka dari itu dia sudah kebal dengan riuk pikuk peperangan.
Beberapa menit kemudianm ia mendengar gemuruh yang disertai dengan lengking dan sorak- sorai letupan senapan menebarkan bau mesiu, bunga- bunga api memercik ke udara dari kejauhan. Ia menyibak belukar, segera berlari sembari menghunus rencongnya. Pasukan Belanda terhimpit disamping truk- truk pengangkut barang. Puluhan pejuang Aceh bergerak bagai singa luka. Dan di sisi lain, seorang berpakaian gelap muemberi komando. Intan segera membaurkan diri dalam peperangan.
Sebelumnya, Intan telah beberapa kali terlibat di dalam tanding maut di tepi- tepi kota Pase. Intan adalah seorang tentara wanita di  kesatuan mata- mata. Bahkan, ibundanya tidak mengetahui hal tersebut.
Pasukan Muslimin telah berada di atas angin. Intan menghempaskan tubuh musuh yang terakhir ditikamnya tanpa tersisa. Rencong di tangannya telah berwarnakan merah darah. Diedarkan pandangannya dan bersitatap dengan para mujahid yang menatap kagum kepadanya. Akhirnya, Teungku mengetahui bahwa itu adalah Cut Intan, putrid dari pejuang Cut Kaso.
Malam mengelam. Intan terkatung di ujung tenda, berteman sang rembulan. Ia bertugas jaga malam. Dengan beberapa penjelasan, akhirnya Teungku mengijinkan mengizinkan bergabung dalam kesatuan gerilya. Akan tetapi, ia diminta agar tetap berjaga- jaga di posisi sebelumnya.
Dia melihat bayangan wanita berkulit putih kuning dengan paras jelita menatapnya di biasan temaram langit. Itu adalah Cut Nya’ Meutia. Sebenarnya Cut Intan dendam dengan dia, karena dia  berkeluargakan penghianat.
Letnan PRD De. Kok gelisah, mueeka masih trauma atas penyerangan kemarin. Dekok telah menyebar pasukan untuk mengetahui tempat persembunyian Teunku. Sudah tiga bilan pencarian hanya sia- sia. Namun, tiba- tiba datanglah penduduk pribumi yang meyakinkan Letnan dia mwmihak kepadanya. Ternyata, itu adalah trik yang digunakan pejuang Aceh untuk memberantas penjajah.
Cut Intan memerintahkan beberapa prajurit untuk menyamar sebagai nelayan di sungai. Dari sisi tebing berluncuran sosok- sosok hitam berencong. Pasukan Belanda tidak ada yang tersisa. Jasad Letnan dan pasukannya hanyut di sungai.
Kembali keguncangan terjadidi tubuh tentara Belanda. HNA. Swart adalah seorang militer Belanda yang haus akan kekuasaan. Seperti biasa, dia menerima tugas dengan penuh kelicikan. Setibanya di Pase, dia mempelajari situasi dan peri keluarga Chik Tunong. Dia membujuk Cut Nya’ Asiah bekerja sama dengannya. Cut Asiah tidak mau.
Malam yang dihiasi rembulan pucat itu terjaga. Seorang wanita muda bersimpuh ke tanah dengan ratap sedih. Pipi yang berurai air mata itu adalah Cut Intan. Kerinduan kepada ibunya merejam- rejam. Ia mendengar berita dari Teungku bahwa ibunya telah tiada. Seketika itu dirasanya langit berputar. Petir seperti menyambar- nyambar.
Dalam siding bersama seluruh mujahid, disepakati Cut Muhammad mengikuti kemauan Belanda untuk meletakkan senjata tetapi, dibalik itu, Teungku menjalankan sebuah strategi perjuangan baru. Teungku akan tinggal di kota, sehingga beliau leluasa menghimpun informasi dan mengusahakan suplai amunisi maupun logistic bagi para pejuang gunung.
Markas Belanda malam itu pecah keributan. Satu regu pasukan elit nberlari berkeliling markas. Ada penyusup yang nekat masuk ke dalam markas.
Cut Intan telah mengganti pakaiannya dengan pakaian petani yang bergerak tergesa menyelinap di antara sekat- sekat penduduk sambil menggendong bakul yang berisi sayur.
Tiba- tiba sebuah pintu terkuak di depannya. Seorang lelaki melambai Intan. Dia mencoba menyelamatkan Intan dengan mengakuinya sebagai anaknya.
Keesokan harinya, sebuah mobil patrol yang dikendarai oleh sersan Vollaers berhenti di depan rumah Teungku. Ketegangan mulai memuncak.
Beberapa waktu setelah kejadian di rumah Teungku. Kewaspadaan pejuang semakin meningkat dengan adanya in dikasi musuh mengetahui sepak terjang Teungku. Kurir- kurir yang , masuk ke kota semakin dikurangi dan selektif dalam menghimpun berita.
Beberapa hari terakhir terdengar kabar dari para pejuang, bahwa sikap diam Teungku tak lagi banyak member keuntungan. Kini saatnya untuk kembali memulai gerilya, agar Belanda tidak semakin besar kepala. Para pejuang gunung menyambut dengan gembira. Tidak sabar rasanya kembali mengangkat senjata seperti waktu dulu.
Dari dalam kota Teungku menginformasikan tentang serombongan marsose di bawah pimpinan Sersan Vollaers yang tengah melakukan inspeksi. Mereka kini menginap di meunasah di Meurandeh Paya. Pasukan pejuang aceh tidak tingggal diam.
Belanda sangat marah dengan hal ini, mereka mengetahui bahwa Teungku membantu menginformasikan hal- hal penting kepada para pejuang. Ditambah kematian Vollaers. Teungku dipenjara dan diberi ancaman hukuman mati jika terbukti.
Pada tanggal 25 Maret, Teungku chik Tunong dan Keujreun Buah digiring ke sula- tepang, di tepian laut Lhokseumawe. Serentet peluru Belanda mempurnakan darma bakti keduannya, mewangi kasturi, membasah bumi pertiwi.
Pasukan Mosselman mengepung perkemahan pasukan Cut nya’ Meutia yang tengah menyusun kekuatan itu.
Pertempuran kembali pecah dalam sekejap mata. Peluru berseliweran mencari sasaran. Beberapa yang lengah terkulai roboh, menbebam ke debu tanah. Cut Nya’ Meutia mengatur pasukannya. Ia terus brgerak dengan lincah membabat musuh yang mencoba mendekat.
Intan menyaksikan dengan dada menggemuruh. Betapa setianya pejuang- pejuang kepada pemimpinnya. Berani melindungi pemimpinnya tanpa mempedulikan dirinya sendiri.
Melihat formasi musuh yang begitu ketat mengapung, seperti tak ada kemungkinan untuk lari. Peluru celah menepis. Beberapa pejuang yang kehabisan peluru melempartkan senapannya dan menghambur masuk ke area menantang perang jarak pendek. Namun, banyak dari mereka yang segera dijemput peluru, kemudian terkapar luruh ke tanah.
Intan hendak menbaskan rencongnya pada marsose yang kesekian. Ketika itu, dilihatnya laras senapan teracung hendak melontarkan pelurunya ka arah Meutia. Ia angsung menghampur ke arah Meutia. Di antara derap rasa kagum dan kecintaannya pada wanita perkasa itu, menjelma kekuatan yang tak olah- olah bandingnya. Lompatannya secepat angin dan mendahului laju peluru yang hendak mencapai tubuh Meutia.
Perih di dadanya, ia tak kuasa menahan genggaman rencongnya. Terpana Meutia mendapati tubuh intan menggeleso dalam pelukannya. Sebelum tubuh itu luruh, ia menggapainya segera.
Intan tak kuasa berbicara. Di hadapannya membentang keindahan yang tidak terkata. Kebahagiaan yang luar biasa menyemai di dadanya. Darah terus mengalir. Intan mencoba tersenyum kepada Meutia. Meutia mengakui jika Intan yang memenangkan peperangan ini.
Peperangan di Gunong Lipeh itu terjadi pada 25 Oktober 1910. Cut Nya’ Meutia gugur dalam peperangan itu setelah sebuah peluru menembus kepalanya. Begitupun dengan Datuk Sepuot Mata yang syahid dalam peperangan hari itu. Keduanya dimakamkan di Gunong Lipeh.
Peperangan masih terus berlanjut sepeninggal Cut Nya’ Meutia. Darah perjuangan seperti itu tidak brhenti mengalir di tanah rencong, hingga tidak mendiamkan satu pun pihak yang hendak menjerajah “izzatul ummah”.
Darah pembelaan yang terus mengalir sepanjang masa.




























wanita bersabuk dua

0


Judul              : Wanita Bersabuk Dua
Pengarang      : Sakti Wibowo
Penerbit          :                     ERA NOVIS
                          PT ERA ADICITRA INTERMEDIA
Tempat           : Gg. Wuni III No. 2 Kleco, Karangasem, Solo
Tahun Terbit : 2002
Wanita Bersabuk Dua
Cut Kaso adalah seorang wanita yang sudah tua renta dan sakit- sakitan. Dia tinggal bersama Cut Intan.  Cut Kaso adalah seorang pejuang kaum muslimin yang dijajah oleh Belanda dan Inggris.
Penjajah  memiliki tentara militer yang amatlah banyak. Dahulu, Cut Kaso melawan penjajah dengan menggunakan senjata tradisional. Sebenarnya, Cut Kaso ingin sekali ikut serta dalam melawan penjajah. Akan tetapi, Cut Intan melarangnya karena tubuh Cut Kaso sudah tua renta, sakit- sakitan dan matanyaudah sulit untuk melihat. Betapaa menyaesalnya Cut Kaso tidak bisa ikut serta berperang melawan penjajah.
Cut Intan didesak oleh ibunya untuk ikut bergabung dengan mujahid dan  ikut pimpinan yang dipimpin oleh Teungku Chik Di Tunong. Teungku Chik Di Tunong adalah seorang putra Ulee-balang Keureute, sebuah egeri terkemuka di Aceh Utara. Ia meninggalkan segala kemewahan kerajaan dan janji- janji kemegahan dari Belanda. Lantas menyusur hutan- hutan Pase sembari menata serangan- serangan teratur di markas Belanda.
Hati Cut Intan gelisah ketika dia hendak meninggalkan ibunya di medan perang. Cut Kaso memberikan sebuah senjata tradisional rakyat Aceh, yaitu rencong kepada Cut Intan. Rencong itu sudah berpuluh- puluh tahun digunakan sebagai senjata untuk melawan penjajah.
Cut Intan kembali mengayun lamgkahnya. Ia kini harus mengendap- ngendap di sela rumpun belukar dan rapat pepohonan yang mulai membatas rimba nan sunyi. Di situlah posisi paling rasional pencegatan terhadap pasukan pengangkut perbekalan Belanda, seperti yang dikatakan ibundanya. Psaukan yang bergerak dari Simpang ulim menuju Blang Ni. Pasukan ini dipimpin oleh Letnal FPA. Van Gheel Geldemaster.
Intan memeriksa sabuk pinggangnya, sebilah rencong terselip di balik baju panjangnya. Ia memakai pakaian ringkas warna gelap yang dilengkapi kain yang dibelitkan menutup wajah, menyisakan dua mata sayunya yang mengincar tajam ke kejauhan. Dia  bersiap untuk menyerang pasukan Belanda dengan rencong ibunya. Dia dibesarkan dalam suasana peperangan, maka dari itu dia sudah kebal dengan riuk pikuk peperangan.
Beberapa menit kemudianm ia mendengar gemuruh yang disertai dengan lengking dan sorak- sorai letupan senapan menebarkan bau mesiu, bunga- bunga api memercik ke udara dari kejauhan. Ia menyibak belukar, segera berlari sembari menghunus rencongnya. Pasukan Belanda terhimpit disamping truk- truk pengangkut barang. Puluhan pejuang Aceh bergerak bagai singa luka. Dan di sisi lain, seorang berpakaian gelap muemberi komando. Intan segera membaurkan diri dalam peperangan.
Sebelumnya, Intan telah beberapa kali terlibat di dalam tanding maut di tepi- tepi kota Pase. Intan adalah seorang tentara wanita di  kesatuan mata- mata. Bahkan, ibundanya tidak mengetahui hal tersebut.
Pasukan Muslimin telah berada di atas angin. Intan menghempaskan tubuh musuh yang terakhir ditikamnya tanpa tersisa. Rencong di tangannya telah berwarnakan merah darah. Diedarkan pandangannya dan bersitatap dengan para mujahid yang menatap kagum kepadanya. Akhirnya, Teungku mengetahui bahwa itu adalah Cut Intan, putrid dari pejuang Cut Kaso.
Malam mengelam. Intan terkatung di ujung tenda, berteman sang rembulan. Ia bertugas jaga malam. Dengan beberapa penjelasan, akhirnya Teungku mengijinkan mengizinkan bergabung dalam kesatuan gerilya. Akan tetapi, ia diminta agar tetap berjaga- jaga di posisi sebelumnya.
Dia melihat bayangan wanita berkulit putih kuning dengan paras jelita menatapnya di biasan temaram langit. Itu adalah Cut Nya’ Meutia. Sebenarnya Cut Intan dendam dengan dia, karena dia  berkeluargakan penghianat.
Letnan PRD De. Kok gelisah, mueeka masih trauma atas penyerangan kemarin. Dekok telah menyebar pasukan untuk mengetahui tempat persembunyian Teunku. Sudah tiga bilan pencarian hanya sia- sia. Namun, tiba- tiba datanglah penduduk pribumi yang meyakinkan Letnan dia mwmihak kepadanya. Ternyata, itu adalah trik yang digunakan pejuang Aceh untuk memberantas penjajah.
Cut Intan memerintahkan beberapa prajurit untuk menyamar sebagai nelayan di sungai. Dari sisi tebing berluncuran sosok- sosok hitam berencong. Pasukan Belanda tidak ada yang tersisa. Jasad Letnan dan pasukannya hanyut di sungai.
Kembali keguncangan terjadidi tubuh tentara Belanda. HNA. Swart adalah seorang militer Belanda yang haus akan kekuasaan. Seperti biasa, dia menerima tugas dengan penuh kelicikan. Setibanya di Pase, dia mempelajari situasi dan peri keluarga Chik Tunong. Dia membujuk Cut Nya’ Asiah bekerja sama dengannya. Cut Asiah tidak mau.
Malam yang dihiasi rembulan pucat itu terjaga. Seorang wanita muda bersimpuh ke tanah dengan ratap sedih. Pipi yang berurai air mata itu adalah Cut Intan. Kerinduan kepada ibunya merejam- rejam. Ia mendengar berita dari Teungku bahwa ibunya telah tiada. Seketika itu dirasanya langit berputar. Petir seperti menyambar- nyambar.
Dalam siding bersama seluruh mujahid, disepakati Cut Muhammad mengikuti kemauan Belanda untuk meletakkan senjata tetapi, dibalik itu, Teungku menjalankan sebuah strategi perjuangan baru. Teungku akan tinggal di kota, sehingga beliau leluasa menghimpun informasi dan mengusahakan suplai amunisi maupun logistic bagi para pejuang gunung.
Markas Belanda malam itu pecah keributan. Satu regu pasukan elit nberlari berkeliling markas. Ada penyusup yang nekat masuk ke dalam markas.
Cut Intan telah mengganti pakaiannya dengan pakaian petani yang bergerak tergesa menyelinap di antara sekat- sekat penduduk sambil menggendong bakul yang berisi sayur.
Tiba- tiba sebuah pintu terkuak di depannya. Seorang lelaki melambai Intan. Dia mencoba menyelamatkan Intan dengan mengakuinya sebagai anaknya.
Keesokan harinya, sebuah mobil patrol yang dikendarai oleh sersan Vollaers berhenti di depan rumah Teungku. Ketegangan mulai memuncak.
Beberapa waktu setelah kejadian di rumah Teungku. Kewaspadaan pejuang semakin meningkat dengan adanya in dikasi musuh mengetahui sepak terjang Teungku. Kurir- kurir yang , masuk ke kota semakin dikurangi dan selektif dalam menghimpun berita.
Beberapa hari terakhir terdengar kabar dari para pejuang, bahwa sikap diam Teungku tak lagi banyak member keuntungan. Kini saatnya untuk kembali memulai gerilya, agar Belanda tidak semakin besar kepala. Para pejuang gunung menyambut dengan gembira. Tidak sabar rasanya kembali mengangkat senjata seperti waktu dulu.
Dari dalam kota Teungku menginformasikan tentang serombongan marsose di bawah pimpinan Sersan Vollaers yang tengah melakukan inspeksi. Mereka kini menginap di meunasah di Meurandeh Paya. Pasukan pejuang aceh tidak tingggal diam.
Belanda sangat marah dengan hal ini, mereka mengetahui bahwa Teungku membantu menginformasikan hal- hal penting kepada para pejuang. Ditambah kematian Vollaers. Teungku dipenjara dan diberi ancaman hukuman mati jika terbukti.
Pada tanggal 25 Maret, Teungku chik Tunong dan Keujreun Buah digiring ke sula- tepang, di tepian laut Lhokseumawe. Serentet peluru Belanda mempurnakan darma bakti keduannya, mewangi kasturi, membasah bumi pertiwi.
Pasukan Mosselman mengepung perkemahan pasukan Cut nya’ Meutia yang tengah menyusun kekuatan itu.
Pertempuran kembali pecah dalam sekejap mata. Peluru berseliweran mencari sasaran. Beberapa yang lengah terkulai roboh, menbebam ke debu tanah. Cut Nya’ Meutia mengatur pasukannya. Ia terus brgerak dengan lincah membabat musuh yang mencoba mendekat.
Intan menyaksikan dengan dada menggemuruh. Betapa setianya pejuang- pejuang kepada pemimpinnya. Berani melindungi pemimpinnya tanpa mempedulikan dirinya sendiri.
Melihat formasi musuh yang begitu ketat mengapung, seperti tak ada kemungkinan untuk lari. Peluru celah menepis. Beberapa pejuang yang kehabisan peluru melempartkan senapannya dan menghambur masuk ke area menantang perang jarak pendek. Namun, banyak dari mereka yang segera dijemput peluru, kemudian terkapar luruh ke tanah.
Intan hendak menbaskan rencongnya pada marsose yang kesekian. Ketika itu, dilihatnya laras senapan teracung hendak melontarkan pelurunya ka arah Meutia. Ia angsung menghampur ke arah Meutia. Di antara derap rasa kagum dan kecintaannya pada wanita perkasa itu, menjelma kekuatan yang tak olah- olah bandingnya. Lompatannya secepat angin dan mendahului laju peluru yang hendak mencapai tubuh Meutia.
Perih di dadanya, ia tak kuasa menahan genggaman rencongnya. Terpana Meutia mendapati tubuh intan menggeleso dalam pelukannya. Sebelum tubuh itu luruh, ia menggapainya segera.
Intan tak kuasa berbicara. Di hadapannya membentang keindahan yang tidak terkata. Kebahagiaan yang luar biasa menyemai di dadanya. Darah terus mengalir. Intan mencoba tersenyum kepada Meutia. Meutia mengakui jika Intan yang memenangkan peperangan ini.
Peperangan di Gunong Lipeh itu terjadi pada 25 Oktober 1910. Cut Nya’ Meutia gugur dalam peperangan itu setelah sebuah peluru menembus kepalanya. Begitupun dengan Datuk Sepuot Mata yang syahid dalam peperangan hari itu. Keduanya dimakamkan di Gunong Lipeh.
Peperangan masih terus berlanjut sepeninggal Cut Nya’ Meutia. Darah perjuangan seperti itu tidak brhenti mengalir di tanah rencong, hingga tidak mendiamkan satu pun pihak yang hendak menjerajah “izzatul ummah”.
Darah pembelaan yang terus mengalir sepanjang masa.




























animasi  cartoon dan naruto serta onepiece yang bergerak atau gif
ENJOY and BE INSPIRED



Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto saya
RINTAN |SD KRATON KIDUL| SMPN 2 PEKALONGAN | SMAN 1 PEKALONGAN | UNIKAL |SUKSES|AMIN :)

Mi perfil

Foto Saya
Rintan Permata
RINTAN |SD KRATON KIDUL| SMPN 2 PEKALONGAN | SMAN 1 PEKALONGAN | UNIKAL |SUKSES|AMIN :)
Lihat profil lengkapku