Judul buku :
A Little White Lie
Pengarang : Titish AK
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Umum
Tahun terbit : 2007
Tebal buku : 270 halaman
Sinopsis :
Siang itu kelas Ocha mendapat rejaki
karena jam terakhir adalah jam pelajaran Pak Rudy. Pak Rudy tidak akan berhenti
sebelum muridnya yang duduk di depan basah kuyup kerena hujan vokal yang
dibuatnya.
Bel
pulang berbunyi tetapi Pak Rudy belum juga selesai mengajar. Seperti biasa
apabila pelajaran Pak Rudy pasti pulang telat setengah jam. Tetapi mobil
jemputan Pia belum juga datang. Akhirnya aku mengunggi Pia sampai ia dijemput.
Kami lama sekali menunggu. Dan pada saat kami menunggu, kakak Pia SMS bahwa dia
masih dirumah dan baru mau berangkat. Wajah Pia sebal banget. Jam telah
menunjukkan pukul setengah empat padahal perjalanan dari Klaten ke Yogya kurang
lebih setengah jam. Keadaan sekolah sudahlah sepi. Angin begitu kencang terasa.
Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu kakak Pia di dalam sekolah. Keadaan
sepi sekali dan membuat bulu kuduk merinding. Aku dan Pia sangat takut karena
tak ada tanda kehidupan di sekolah. Tiba-tiba terdengar suara mengerikan yang
ternyata adalah suara HP Ocha. Sesaat kemudian terdengar suara mobil dan
kamipun langsung lari dengan cepat. Setelah sampai di gerbang kami menghela
napas lega.
Akhirnya
Pia pulang bersam kakaknya dan aku harus ke parkir motor sendirian. Iih, serem
banget suasananya. Di parkiran terlihat ada tiga motor, satu punyaku, satu lagi
punya Pak Bejo dan yang satunya lagi entah punya siapa. Dengan cepat aku
menstarter motor dan bluup...bluuup...bluup. dan ternyata motorku macet di saat
yang tidak tepat. Aku langsung jongkok dan melihat-lihat apa yang terjadi pada
motorku. Tapi aku tak tahu tentang mesin di motor. Pada saat aku jonggok dan
menundukkan kepala, tiba-tiba ada suara memanggilku, ”Dik, dik”. Bulu kudukku
langsung merinding dan berharap itu bukanlah setan seperti apa yang pernah aku
lihat di televisi. Dan ketika aku menengadahkan kepalaku, untungnya itu adalah
seorang cowok. ”Kenapa dik nangis? Motornya ngadat ya?”. aku pun mengangguk.
Akhirnya cowok itu langsung melihat apa yang menyebabkan motorku tidak bisa
menyala. Setalah itu, motorku pun bisa menyala. Aku pun tak lupa mengucapkan
terima kasih.
Keesokan
harinya aku langsung menceritakan kejadian kemarin ke Pia. Dan aku pun juga tak
lupa untuk mencari tahu siapa nama kakak kelas yang kemarin membantuku. Setelah
aku mencari-cari aku akhirnya tahu siapa nama kakak kelas itu. Namanya Mas
Bintang. Dan aku juga mendapatkan nimor HP-nya dari Pia. Sore itu ada
pertandingan basket antar angkatan. Pertandingan antara kelas X dan kelas XI.
Dan yang menjadi jurinya tentu saja kelas XII. Dan kata Pia yang menjadi juri
adalah Mas Bintang. Aku pun langsung tertarik untuk melihat pertandingan itu.
Pertandingan
akan segera dimulai. Aku bersama Pia mencari tempat yang nyaman untuk menonton.
Setelah kammi menemukan tempat yang nyaman, kami pun bertemu dengan teman-teman
sekelas. Pia dan teman-temanku yang lain heboh membicarakan Adit, anak kelas X
yang menurut mereka cool. Tetapi aku
tak tahu siapa itu Adit. Pia mengajakku untuk gabung ke club mereka untuk mengecengi Adit bersama-sama. Tentu saja aku tak
mau. Adit pun keluar mereka langsung heboh. Dan ketika itu Pia mengasih tahu
mana yang namanya Adit. Aku pun menjadi tahu tapi menurutku dia biasa saja.
Pertandingan
dimulai. Dan ternyata yang menjadi juri
bukanlah Mas Bintang tetapi teman dari Mas Bintang. Keadaan menjadi ramai
karena banyak pendukung yang memberi dukungan dengan berbagai alat. Pada saat
pertandingan menurutku Adit tidak terlalu jago basket seperti Pia dan
teman-temanku yang lain ngomong. Aku terus mencari dimana Mas Bintang, mungkin
saja Mas Bintang bersa di deretan penonton. Tiba-tiba gubrakk.... Bola mendarat
di wajahku. Aku menunduk dan dan ketika kepalaku menengadah, para pemain lain
telah menggeromboli aku. Wajahku merak
dan hidungku tidak karuan. Dan dibelakngku tenyata ada Adit yang tengah
marah-marah padahal dia yang melempar bola ke arahku. Tanpa sadar aku
meneteskan air mata dan aku langsung berlari dengan kencang menuju ke arah
perpustakaan atas yang menjadi tempat aku menyendiri. Dari belakang aku dengar
Pia memanggilku dan mengejarku tapi tidak bisa. Selain tiu ku dengar kata sori
dari Adit tapi aku mengabaikannya.
Tanpa
aku sadari air mataku enets begitu deras. Setelah aku merasa agak baikkan. Aku
memutuskan untuk pulang. Aku langsung menuju ke parkir dan mengambil motorku.
Aku pulang melewati jalan di samping lapangan basket yang hanya dibatasi dengan
jeruji besi. Aku menengok sebentar dan tenyata sudah babak kedua dan selisih
pointnya sangat jauh.
Ketika
sampai rumah ternyata tidak ada orang yang berada di rumah. Tetapi setelah aku
masuk ke rumah ternyata bibi sedang menonton tv. Bibi langsung terbangun dan
langsung menanyai aku kenapa mukaku seperti habis nangis. Aku hanya menjawab
secukupnya dan aku langsung menuju ke kamar setelah aku menyuruh bibi
membuatkanku segelas susu dan sepiring makanan.
Aku
berbaring di tempat tidurku dan sembari SMS. HP ku berbunyi dan itu adalah SMS
dari Mas Bintang. Aku pun SMS-an dengan Mas Bintang. Dan pada malam itu aku
tahu kalau Mas Bintang sudah mempunyai pacar. Tanpa terasa air mataku menetes
dengan derasnya. Dan tanpa sadar setelah aku menangis, aku tertidur.
Waktu
subuh telah tiba. Aku beralasan membuka mataku dan langsung berjalan menuju ke
kaca rias. Dan aku lihat mataku membengkak. Dan karena itu aku menyuruh bibi
untuk mengantarkan sarapanku ke kamar. Dan aku juga membuat alasan kepada mama
kalau aku masih banyak yang harus dikerjakan jadinya aku tidak bisa makan
bersama di ruang makan. Saat bibi mengambilkanku makan, aku berjalan mengendap
menuruni tangga dan menuju ke tempat P3 untuk mengambil obat pencuci mata.
Setelah itu aku langsung berjalan menuju kamar.setelah aku memakai obat pencuci
mata, keadaan mataku sudah agak lumayan daripada saat bangun tidur.
Setelah
semuanya selesai aku langsung berangkat sekolah dengan menggunakan kacamata
hitam. Setelah sampai di sekolah tiba-tiba ku dengar suara Pia memanggilku dan
setelah itu dia memandangku dan melepas kacamataku. Karena mataku masih bengkak
maka Pia mengajakku untuk membolos sekolah. Aku pun mau akhirnya kami
memutuskan untuk ke rumah Pia.
Sejak
itu Ocha selalu SMS-an dengan Adit dengan menggunakan nama samarannya.
Lama-kelamaan mereka mempunyai rasa yang lebih dan kehilangan apabila mereka
tidak SMS.
Dan
pada suatu hari Adit mengajak Ocha untuk ketemu, tapi Ocha bingung untuk
menyanggupinya atau tidak. Dan pada hari yang telah di tentukan Ocha pergi
bersama kedua temannya yang akan di comblangkan oleh Ocha. Setelah mereka
bertiga sampai di tempat tujannya, mereka langsung memesan makanan. Dan setelah
sedikit mnyantap makanan yang telah di pesan, Ocha meminta ijin untuk pergi
dahulu kepada kedua temannya. Dan tak lupa Ocha membisikkan sesuatu yaitu agar
temannya itu harus cepat nembak teman yang sekarang bersamanya sebelum keduluan
orang lain.
Setelah
itu Ocha langsung mengendarai motornya menuju ke tempat yang telah di sepakati
untuk bertemu dengan Adit.
Setelah
sampai sana Ocha tak menemukan batang hidung si Adit. Padahal dia janji untuk
menunggunya sampai jam berapapun. Dan tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkan
Ocha. Dan itu adalah Adit. Lalu mereka mengobrol mengapa mereka berada di
tempat yang sama.
Dan
keesokan harinya, di sekolah Ocha mendapatkan sepucuk surat yang berisi behwa
dia harus pergi ke tempat dimana dia pernah menangis. Bel sekolah telah
berbunyi, saatnya pulang. Ocha masih penasaran akan orang yang mengirim surat
padanya. Tapi dalam hatinya mengira itu adalah Adit karena hanya dia lah yang
membuat nagis dia di sekolah.
Ocha
menuju ke lapangan basket yang tepatnya saat itu Ocha kena bola dari lemparan
adit. Setelah menunggu lama ternyata Adit tidak datang juga. Kemudian Ocha
memutuskan untuk pergi ke perpustakaan dimana itu adalah tempat ia menyendiri
dan tidak ada orang yang tahu akan tempat itu.
Saat
Ocha telah sampai di perpustakaan tenyata Adit telah berada disana. Mungkin
karena menunggu Ocha terlalu lama, Adit pun tertidur. Ocha membangunkannya dan
Adit mulai ngomong yang sebenarnya bahwa dia sudah tahu Ayu yang biasa SMS-an
dengannya adalah Ocha. Ocha pun tersipu malu. Dan Adit pun mengatakan bahwa dia
ingin menjadi seseorang yang spesial di
hatinya. Ocha pun mengiyakan permintaan Adit itu. Kemudian Adit memberi es krim
berbentuk hati yang telah meleleh kepada Ocha. Mereka memakan es krim itu
bersama.
0 komentar:
Posting Komentar